HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

“Diam-diam Sertu Kadani Pantau Harga Pasar: Ada Apa dengan Kenaikan Sembako di Singakerta?”


Jurnaltni.com-Suasana pagi di PD Pasar Singakerta, Desa Singakerta, Kecamatan Krangkeng, tampak seperti biasa. Para pedagang sibuk melayani pembeli, aroma bumbu dapur bercampur dengan semangat pasar tradisional yang hidup. Namun, ada sosok yang mencuri perhatian hari itu—berseragam TNI dan berjalan penuh perhatian dari satu kios ke kios lainnya. Dialah Sertu Kadani, anggota Koramil 1610/Krangkeng, yang sedang melakukan kegiatan monitoring harga sembako.

href="https://atid.me/adv.php?rk=00kigz002fid" target="_blank">

Langkah Sertu Kadani bukan sekadar inspeksi biasa. Di balik senyumnya yang ramah saat berdialog dengan pedagang dan pembeli, ia sedang mengumpulkan data penting tentang fluktuasi harga bahan pokok yang mempengaruhi kehidupan masyarakat kecil. Hasil pengamatannya hari itu mencatat ada beberapa kenaikan harga yang perlu menjadi perhatian serius.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan antara lain telur ayam yang kini berada di harga Rp38.000 per kilogram, daging sapi yang melonjak menjadi Rp150.000 per kilogram, serta gula pasir yang naik ke angka Rp16.000 per kilogram. Kenaikan juga terjadi pada bawang merah dan putih, yang masing-masing dijual seharga Rp48.000 dan Rp42.000 per kilogram. Tak ketinggalan, harga kacang kedelai dan jagung juga ikut merangkak naik.

Di tengah naik-turunnya harga tersebut, beberapa komoditas tetap stabil, seperti beras yang masih di angka Rp15.800 per kilogram, minyak goreng di Rp16.000, dan daging ayam pada harga Rp38.000. Stabilitas harga pada barang-barang ini menjadi semacam titik terang, namun tidak cukup untuk menghapus kekhawatiran terhadap tren kenaikan kebutuhan pokok lainnya.

Kehadiran Sertu Kadani di pasar bukan hanya sebagai pemantau, melainkan juga sebagai jembatan komunikasi antara pedagang, pembeli, dan pemerintah. Ia aktif berdialog, mendengar keluhan, dan memberi edukasi ringan tentang pentingnya keterbukaan harga serta menjaga stabilitas pasokan barang. Sikapnya yang bersahabat membuat para pedagang merasa nyaman dan terbuka.

“Tujuan kami bukan menekan, tapi memahami kondisi di lapangan dan mencari solusi bersama,” ujar Sertu Kadani kepada salah satu pedagang yang bertanya tentang maksud kegiatan tersebut. Ia juga mencatat bahwa monitoring ini sangat penting agar pemerintah bisa segera mengambil langkah jika kenaikan harga terlalu drastis dan membebani masyarakat.

Fenomena naiknya harga bahan pokok belakangan ini memang menjadi perbincangan hangat. Banyak faktor yang bisa mempengaruhinya—dari distribusi, musim panen, hingga dinamika global. Namun, yang paling terdampak tetaplah masyarakat menengah ke bawah, yang setiap hari harus menyesuaikan pengeluaran demi bisa mencukupi kebutuhan keluarga.

Aksi monitoring ini juga menjadi bentuk kepedulian nyata aparat TNI terhadap kesejahteraan rakyat. Bukan hanya soal keamanan dan pertahanan, tetapi juga keterlibatan aktif dalam menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di wilayah binaan. Kehadiran figur seperti Sertu Kadani menjadi simbol bahwa negara hadir hingga ke pelosok-pelosok pasar tradisional.

Bagi warga Singakerta, langkah kecil Sertu Kadani hari itu punya arti besar. Tidak semua hari mereka mendapat perhatian dari aparat untuk hal yang sangat dekat dengan dapur rumah tangga mereka. Monitoring ini menjadi pengingat bahwa ketahanan negara dimulai dari ketahanan pangan—dan ketahanan pangan dimulai dari pasar rakyat.

Lantas, dengan tren harga yang mulai menanjak, apa yang akan dilakukan ke depannya? Akankah ada intervensi? Atau justru langkah-langkah preventif dari hulu? Pertanyaan-pertanyaan itu kini menggantung di udara Pasar Singakerta, menunggu jawaban dari mereka yang punya kuasa—dan dari kita semua, sebagai bagian dari sistem yang saling terkait.

Posting Komentar